NEWSTAR ■ Sebanyak 11 turis asal Australia terpaksa menunda kunjungan untuk berlibur ke Kepulauan Selayar, tepatnya ke Taman Nasional Takabonerate dan The Rivers Spot yang terletak di Pulau Jinato. Pasalnya, mereka menerima informasi dan fenomena munculnya Ikan Oarfish yang konon tertangkap nelayan di Selayar, beberapa hari lalu.
"Ya benar, ada 11 costumer kita yang cancel dan menunda untuk holiday ke Selayar. Seharusnya mereka terbang ke Makassar tanggal 9 kemarin, tapi minta ditunda," kata I Made Kerta, pemilik Nusra Tour & Travel Bali kepada Kantor Berita JBN, masih Media Group dengan SelayarPos.Com, hari ini (10/12).
Alasannya, menurut Made, mereka mengetahui munculnya fenomena Ikan Oarfish di Selayar dari laman media Australia yang mensitat dari laman media nasional dua hari yang lalu.
Akibat penundaan ini, Made mengaku rugi. Sebab jauh hari sebelumnya, pihaknya telah membooking tenaga guide tambahan dan juga booking executive travel di Makassar.
"Saya berharap fenomena itu segera berakhir, karena pada akhir bulan ini banyak juga costumer kami yang akan bermalam tahun baru di Selayar. Mungkin mereka akan mencari suasana yang baru, selain di Bali ini," terangnya.
Klarifikasi BMKG
Guna mengklarifikasi atas fenomena tersebut, berikut rilis/penjelasan DR Daryono Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami yang menegaskan bahwa munculnya Ikan Oarfish bukan pertanda Tsunami dan Gempa.
Postingan viral terkait ditemukannya ikan oarfish di perairan laut Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan menghebohkan masyarakat.
Ikan oarfish adalah ikan yang tinggal di dasar laut, sehingga jarang muncul ke permukaan. Sementara kemunculannya dikaitkan dengan pertanda bencana.
Sejumlah awak media dan masyarakat kemudian diketahui menanyakan hal ini kepada BMKG mengenai kebenaran akan cerita bahwa kemunculan oarfish merupakan pertanda akan terjadi gempa besar dan tsunami.
Sejak dulu di Masyarakat Jepang memang sudah ada legenda bahwa oarfish konon sebagai pembawa pesan dari dasar laut.
Mereka mengaitkan perilaku binatang yang tidak lazim dengan pertanda akan terjadi gempa kuat.
Tampaknya tanpa ada penelitian ilmiah, maka tidak akan pernah diketahui apakah cerita rakyat tersebut fakta atau hanya legenda saja.
Hasil kajian statistik terbaru mengungkap bahwa jenis ikan laut dalam seperti oarfish yang muncul di perairan dangkal tidak berarti bahwa gempa akan segera terjadi.
Majalah ilmiah bergengsi Bulletin of the Seismological Society of America (BSSA) pernah mempublikasikan fenomena kemunculan ikan laut dalam, dan kaitannya dengan peristiwa gempa besar.
Hasil kajian ini ternyata bertentangan dengan cerita rakyat yang berkembang di Jepang.
Para peneliti dalam mengkaji hubungan antara kemunculan ikan laut dalam dan gempa besar di Jepang menggunakan data cukup lama.
Dalam kajian tersebut hanya menemukan satu peristiwa yang dapat dikorelasikan secara masuk akal, dari 336 kemunculan ikan dan 221 peristiwa gempa bumi.
Berdasarkan kajian tersebut maka dikatahui bahwa kemunculan oarfish bukanlah pertanda akan terjadi gempa besar.
Menurut teori oseanografi, pengangkatan biota laut dalam ke permukaan hingga terbawa ke pesisir berkaitan dengan fenomena upwelling.
Upwelling adalah sebuah fenomena di mana air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar bergerak dari dasar laut ke permukaan.
Dalam fenomena upwelling biasanya kemunculannya ikannya banyak.
Jika hanya satu atau dua ekor ikan, maka beberapa paper menyebutkan bawha Oarfish juga memiliki kebiasaan mengambang didekat permukaan air ketika mereka sakit atau sekarat.
Selain itu, ada faktor lain yang memicu ikan muncul ke permukaan laut, seperti mengikuti arus laut. (Ketut Ardana/Rls).